Minggu, 31 Januari 2016

Penziarah Kalibata

Dear Kalibata dulu,

Engkaulah saksi sejarah bangsa ini. Terpatri di dinding sejarah bercerita.
Penuh kelam yang berusaha dilupakan, namun terus membayangi.

Dear Kalibata hari ini,

Tempat perlambang persemayaan pahlawan negara. Terabai di tengah pembangunan kota. Terlupa di tengah gedung tinggi kemakmuran. Dibelah jalan jalan besar perhubungan.

Dear Kalibata esok,

Tempat bernaung jutaan jiwa. Bertumpuk dalam hutan beton kota. Bergumul dalam hiruk pikuk macet jalanan perhubungan yang makin tak tentu arahnya.

Masihkah engkau ingat? Terlepas dari apa dulu, hari ini, dan esoknya engkau.

Engkau sebagai saksi atas sedihku yang kehilangannya.
Engkau sebagai singgahku atas lelah dalam perjalananku.
Engkau sebagai rehatku atas kagum dalam pencarianku.

Ijinkan aku tuk ucapkan salam atas hadirmu hari ini. Terimakasih atas pemberianmu saat ini. Dan pamit perpisahan atas kenang-kenang burukmu kala itu.

Dari salah satu penziarah yang sekedar lewat di kala waktu yang tak tentu...

Jumat, 15 Januari 2016

Soal Rasa

Apa itu rasa?
manisnya gula
asinnya garam
Atau asamnya cuka?

Apa itu rasa?
ilusi yang kau ciptakan
imaji yang kuinginkan
Atau hanya bayang-bayang kefanaan?

Apa itu rasa?
Cinta?
Harap?
Sakit?
Putus asa?

Apa itu rasa?
Begitu nyata
Begitu fana
Dan belalu begitu saja

Apa itu rasa?
Sesuatu di hatiku kala senyummu
Yang berdesir di benakku kala ucapmu
Dan memabukkan di kala hadirmu

Apa itu rasa?
Kebingungan
Ketakutan
Kesepian

Lalu apa yang kurasa?
Jatuh hati kah?
Simpati kah?
Atau sekedar selingan kekaguman yang sekedar singgah?

Namun bagiku saat ini
Biarlah rasa ini berlalu
Berlalu bersama sepi
Sudut gelap kamar ini

Berlalu bersama waktu
Hening malam gelap gulita
Yang menyembunyikan
Misteri hati yang terdiam tersakiti

Berlalu bersama kata-kata pujangga
Para pemuja keindahan dan kehidupan

Berlalu bersama air mata
Kenang buruk masa lalu yang kembali terulang

Dan bersama lelapmu disana
Tuk menutup lembar lelah hari ini

Semoga kelak esok hari rasa ini telah tiada
Bersama bangunnya engkau disana
Yang memulai esok hari
Bersama cerianya mentari pagi
Yang membunuh gelap gulita malam tadi
Bersama senyumku tuk membuka lembar hati untuk kesekian kali

Iya semoga saja...
Aamiin...



Selasa, 12 Januari 2016

Kaku Besi Aku

Aku ini hanya besi
Kaku tak lentur
Kuat tak goyah
Namun mudah berkarat

Aku ini hanya besi
Menyempil diantara beton
Penguat kerangka
Bersama material lainnya

Aku ini hanya besi
Bahan mentah yang belum jadi apa-apa
Belum jadi mobil
Belum jadi kerangka
Belum pula bersanding dengan material lainnya

Aku ini hanya besi
Keras karena prinsipku
meleleh karena senyummu
Dan berkarat karena terus memikirkanmu

Untungnya aku ini hanya besi
Bukan tanah, air, apa lagi udara
Dan aku bahagia karenaNya

Minggu, 10 Januari 2016

Sesederhana Bahagia

Sesederhana
Bangun di pagi hari
Bersua bertatap dengan langit
Bersapa hangat dengan mentari

Ditemani secangkir kopi
Senda gurau kawan
Serta canda tawa

Berisi senyuman
Kenangan
Tawa
Itulah kebahagian ku yang fana

Sefana
Pagi yang menjadi siang
Lalu siang menjadi malam
Langit yang tak berbatas
Berisi bintang tanda keagunganNya
Mentari yang hilang ditelan malam

Sesingkat
Kopi yang kuteguk pagi ini
Senda gurau yang berlalu kemudian
Canda tawa yang hilang ditelan diam

Wahai kawan
Tak selamanya kita bersama
Karena akan tiba waktunya
Ketika waktu pula memisahkan kita

Wahai kawan
Kita telah tiba dipersimpangan jalan
Antara masa indah dan masa depan
Mana yang akan kau jalankan?

Wahai kawan
Mungkin senyumku tak lagi di sisimu
Mungkin candaku tak lagi di hadapmu
Bahkan tawaku tak lagi kau dengar

Tapi yakinlah
Kau akan menemukan senyum,
canda,
tawa yang lain
Yang akan mengisi harimu
Layakny diriku ini

Tak perlu takut!
Kau tak benar-benar kehilangan ku
Aku masih ada disini
Disudut ruang kenangan
Abadi dalam kefanaan hati dan pikiranmu



Sabtu, 09 Januari 2016

Seketika malu

Seketika hening
Tiada sua
Tiada sapa
Tiada tawa
Tiada suara

Seketika bening
Tiada warna
Tiada rasa
Tiada asa
Tiada ada

Seketika mana kala rasa itu
Terangkai kata
Terucap mesra
Terangkat ke udara

Seketika mana kala hati ini
Tahu aku tak ada di hatimu
Mengerti bahwa kau bukan untuk ku
Dan sadar bahwa kau telah pergi jauh dariku

Seketika mana kala doaku
Berisi nama mu
Berisi pengakuanku
Berisi harapku
Bersama asaku

Maka seketika itu aku malu
Akan bodohku karenamu
Akan diamku yang tak kenal waktu
Akan perasaanku yang terkunci untukmu
Dan aku malu...